Cyber Life / Keamanan Data - Pernah dengar pepatah "mulutmu harimaumu"? Nah, di era digital ini, ada pepatah baru yang tak kalah penting: "Datamu mahkotamu!" Ya, data pribadi kita itu seperti mahkota berharga yang harus dijaga baik-baik. Tapi sayangnya, banyak dari kita di Indonesia, yang saking baik hati dan senangnya menolong, justru tanpa sadar membuka celah bagi data pribadinya untuk dicuri dan disalahgunakan.
![]() |
Jaga Datamu! Baik Boleh Bodoh Jangan |
Coba ingat-ingat, berapa kali kita dengan mudahnya membagikan KTP, foto selfie sambil pegang KTP, atau bahkan cuma sekadar nama lengkap dan nomor HP? Kadang alasannya sepele, "untuk daftar arisan," "buat ikut undian," atau "tolong ini teman butuh data buat laporan." Niatnya baik, ingin membantu. Tapi di balik kebaikan itu, ada bahaya mengintai. Bayangkan saja, data KTP Anda yang Anda pinjamkan dengan ikhlas, tiba-tiba dipakai orang iseng untuk mengajukan pinjaman online. Anda tak tahu apa-apa, tapi tiba-tiba ditagih, diteror, bahkan dicap sebagai "penunggak"! Atau, data pribadi Anda disalahgunakan untuk membuka rekening bank fiktif yang dipakai buat penipuan. Ngeri, kan? Ini bukan cuma cerita horor, ini kenyataan yang dialami banyak orang di sekitar kita.
Kita memang bangsa yang ramah dan suka tolong-menolong. Sifat ini mulia, tapi di dunia digital yang penuh "serigala berbulu domba," kebaikan kita bisa jadi bumerang. Kita sering merasa tidak enak menolak permintaan, apalagi dari teman atau kenalan. Banyak juga dari kita yang belum paham kalau data pribadi bisa "disulap" jadi alat kejahatan, atau terlalu gampang percaya pada iming-iming hadiah dan bantuan. Dulu, kita mungkin cuma khawatir dompet dicopet. Sekarang, dompet digital kita, yaitu data pribadi, juga bisa dicopet tanpa kita sadari!
Belakangan ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan digitalisasi. Hampir semua layanan butuh data digital. Banyak yang bertanya, "Aman enggak ya data saya nanti di tangan pemerintah?" Pertanyaan ini wajar sekali. Kita sudah sering dengar berita kebocoran data di sana-sini, bahkan dari lembaga besar sekalipun. Ada kekhawatiran kalau proses pelaporan masalah data pun justru rumit dan malah bikin rugi. Ini semua bikin kepercayaan masyarakat jadi goyah. Sebenarnya, pemerintah punya niat baik dan sumber daya yang besar untuk menjaga data kita. Mereka harusnya punya sistem keamanan canggih, tim ahli siber, dan aturan yang ketat, seperti Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi yang baru. Tapi, keamanan itu bukan cuma soal teknologi canggih. Keamanan juga soal bagaimana sistem itu dibangun dan dikelola, apakah ada oknum tak bertanggung jawab di dalamnya – ini yang paling bikin cemas – dan bagaimana jika terjadi kebocoran, apakah pemerintah transparan dan bertanggung jawab? Jadi, kita perlu terus menuntut pemerintah untuk benar-benar serius dan transparan dalam menjaga data kita. Mereka harus membuktikan, bukan hanya janji, bahwa data kita aman.
Lalu, bagaimana caranya kita menjaga "mahkota" data pribadi kita? Ini beberapa anjuran mudah yang bisa kita terapkan. Pertama, jangan mudah memberi KTP atau dokumen lain. Ini yang paling penting! Kalau ada yang minta KTP atau dokumen pribadi lainnya, selalu tanyakan untuk apa, siapa yang meminta, dan seberapa perlu. Jika tidak terlalu penting atau mencurigakan, TOLAK! Kalau pun terpaksa, pastikan Anda tahu untuk keperluan apa dan batasi penggunaannya. Kedua, hati-hati dengan informasi pribadi di media sosial. Jangan terlalu banyak mengumbar detail pribadi seperti tanggal lahir lengkap, alamat rumah, atau nama ibu kandung di media sosial. Penjahat bisa menggunakan informasi ini untuk "meretas" pertanyaan keamanan akun Anda. Ketiga, waspada link dan pesan mencurigakan (phishing). Sering dapat SMS atau WhatsApp yang menawarkan hadiah besar atau minta klik link? JANGAN PERCAYA! Itu biasanya modus penipuan untuk mencuri data Anda. Selalu cek nomor pengirimnya dan jangan mudah mengklik link yang tidak jelas. Keempat, gunakan aplikasi resmi. Unduh aplikasi hanya dari toko resmi (Google Play Store atau Apple App Store). Perhatikan izin akses yang diminta aplikasi. Kenapa aplikasi game minta akses ke kontak atau SMS Anda? Curigai! Kelima, perkuat kata sandi (password). Buat kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun penting. Jangan gunakan tanggal lahir atau nama Anda. Gunakan kombinasi huruf besar, kecil, angka, dan simbol. Terakhir, jangan abai laporan kejahatan siber. Jika Anda merasa menjadi korban atau data Anda disalahgunakan, segera laporkan! Anda bisa melapor ke polisi siber, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) jika terkait pinjaman online ilegal.
Ingat, niat baik untuk menolong itu sangat berharga. Tapi di era digital ini, kita harus jadi pribadi yang cerdas dan waspada. Mari jaga data pribadi kita agar tidak jadi santapan empuk bagi penjahat siber. Baik boleh, tapi bodoh jangan!